Dua tahun sudah bekerja Work From Home atau Anywhere, apa saja yang saya dapatkan?

Aisy Muhammad Rozsidhy
7 min readDec 24, 2022

--

Photo by Helena Lopes on Unsplash

Seperti yang kita tahu pada awal tahun 2020 wabah covid19 mengakibatkan pemerintah untuk menghimbau masyarakat untuk melakukan isolasi mandiri, sehingga kantor-kantor mau tidak mau memaksakan karyawan mereka untuk work from home. Tidak terkecuali perusahaan saya sendiri melakukan work from home ini, saya juga bersyukur perusahaan saya sangat ketat dengan protokol dan saya bisa bilang kantor saya selamat dari ganas dampak covid19 ini.

Namun mulai dari akhir tahun 2021 kantor saya sudah mulai menerapkan work from office secara perlahan sehingga 2022 semua karyawan wajib masuk ke kantor atau work from office.

Selama dua tahun work from home ternyata ada beberapa hal yang mengubah kebiasaan dan pandangan saya bahkan ada hal yang saya sukai ketika work from home dan ada juga yang tidak saya sukai.

Sadar akan kebutuhan Digitalisasi

Photo by Dell on Unsplash

Di tempat saya habbit bekerja itu ya harus onsite atau di kantor dan bertatap muka untuk melakukan koordinasi, dan saya rasa kebanyakan perusahaan pasti menerapkan habbit seperti itu. Ketika wabah covid datang, tidak hanya penduduk saja yang kena dampaknya, perusahaan juga ikut kena dampaknya, terlebih di pekerja kantoran sehingga para pekerja harus melakukan isolasi mandiri sehingga tidak bisa untuk bekerja secara onsite.

Karena isolasi tersebut, pekerjaan mau tidak mau harus dilakukan di rumah, Nah sekarang bayangkan saja pekerja terutama yang bekerja di bagian yang tidak berhubungan dengan IT? pasti awalnya akan mengalami kesulitan dengan habbit pekerjaan onsite seperti di bawah ini :

  • Mengirim dokumen atau surat
  • Meminta tanda tangan ke atasan
  • Mengerjakan pekerjaan manual di kertas

Tidak mungkin pekerjaan tersebut dipaksakan untuk dikerjakan bukan?dan dari sini lah pekerja tersebut sadar akan kebutuhan digitalisasi sehingga mengubah kebiasaan mereka yang bekerja manual menjadi total menjadi digital seperti urusan surat, absensi dan meeting.

Tentu penggunaan aplikasi juga meningkat karena semua yang biasanya dikerjakan manual harus bergantung pada aplikasi, misalkan saja untuk membuat dokumen terkait Business Recuirement kita bisa menggunakan Google Doc atau Microsoft Office secara online kita bisa bekerja dimana saja dan tahu history dan perkembangan dokumen kita.

Nah itu baru dari kebutuhan untuk dokumen, tentunya ada aplikasi penunjang yang dipakai untuk keperluan kerja di bidang lain, tentunya kebutuhan digital sangat penting untuk mempercepat proses kerja kita.

Internet menjadi kebutuhan utama

Photo by Thomas Jensen on Unsplash

Jelas sekali work from home ini membutuhkan internet yang cukup tinggi apalagi saya setiap senin rutin meeting pagi sampe siang bahkan juga sampai malam itupun juga tergantung pembahasan apakah urgent atau tidak.

Saya bersyukur di rumah sudah memasang Internet dengan kecepatan 30 mbps sebelum covid, meski awalnya Ayah saya keberatan dengan kebutuhan Internet tersebut karena lumayan mahal juga biayanya dan juga ayah heran buat apa menggunakan internet sekenceng itu? Nah Ketika covid menyerang barulah Ayah saya tahu kenapa butuh kecepatan internet sekencang itu.

Di rumah internet digunakan oleh 4 orang di rumah termasuk saya, lalu 2021 bertambah jadi 5 karena ada istri saya, tentu penggunaan internet ini jelas berbeda-beda karena adik laki-laki saya juga kerja di rumah dan adik perempuan Kuliah online.

Bayangkan saja kalau saya memasang internet dengan kecepatan yang biasa saja? pastinya salah satu dari keluarga akan mengeluh karena mengganggu aktivitasnya bukan?

Pekerjaan pasti punya target

Photo by Mauro Gigli on Unsplash

Umumnya bekerja pasti punya target, entah itu pencapaian/hasil atau bahkan bagaimana target bisa di delivery oleh kita. Bayangkan saja ketika kalian akan membuat rumah tapi tidak mempunyai target kapan mau memasang pintu, kapan mau pasang jendela, timbulah pertanyaan kapan mau rumah itu selesai bukan?

Semenjak saya WFH saya lebih ketat dengan diri saya sendiri misalkan mau menyelesaikan fitur dengan target 3 hari bisa di delivery, saya pastikan selama 3 hari itu harus selesai bagaimana caranya entah itu lembur atau lebih fokus kerja lagi.

Tapi namanya juga manusia kadang juga ketika sudah berusaha keras ada hal diluar kemampuan kita sehingga target 3 hari itu tidak terpenuhi.

Jelas kita mengerjakan tidak sesuai target, dan kita pasti akan menerima konsekuensi seperti mendapatkan teguran misalnya. Itu hal yang lumrah di dunia kerja dan pastinya kita ada rasa ingin menjadi lebih baik lagi bukan? kita pasti akan dikasih waktu dan target baru mau menyelesaikan kapan dari deadline yang terlambat itu. Intinya kita harus bekerja sesuai dengan target.

Tips buat temen-temen buat ngejar target mungkin bisa membuat fitur kecil atau sederhana dengan target yang lumayan panjang misal seminggu atau beberapa hari dari perkiraan kita.

Komunikasi adalah kunci pekerjaan

Photo by Headway on Unsplash

Bayangkan saja kita biasa bekerja secara tatap muka lalu harus pindah ke digital meet atau conference tentu menjadi hal yang sulit.

cerita sedikit saja nih, sebelum di tempat baru sebelumnya saya pernah bekerja di Singapura secara remote, tentunya komunikasi dengan tim yang ada di Singapura ini dilakukan dengan via chat, telpon dan conference.

Begitu juga dengan pemberian task, diskusi, demo aplikasi dan lain sebagainya. Jujur awalnya saya sempat mengalami masalah karena memang ada banyak orang dari negara berbeda-beda dan pronounce bahasa inggris yang beda ketika diskusi via call, hal ini juga di perparah di chat kadang saya juga salah mengartikan task saya sehingga sering di marahi atasan saya 😂😅.

Ditempat kerja saya yang sekarang dengan kondisi WFH, jujur saya kaget ketika pemberian task lewat chat, kita komunikasi menggunakan bahasa indonesia dan tidak menggunakan bahasa inggris harusnya bahasa tidak menjadi kendala bukan? namun kadang rekan kerja saya sering salah mengartikan task pekerjaan dia, ada juga rekan saya juga yang kesulitan untuk menjelaskan task dan bahkan salah mengerjakan task karena tidak memahami tasknya.

Belajar dari pengalama di Singapura, Jika saya tidak dapat memahami task pekerjaan, biasanya saya akan langsung bertanya sampai saya paham dengan task tersebut entah itu via text ataupun meeting, jangan berasumsi kalau task yang kita dapat pengerjaannya seperti yang kalian bayangkan.

Dari pengalaman tersebut komunikasi ini menjadi penting ketika WFH sepeti bertanya di Chat atau platform kerja kalian, diskusi dan memahami chat yang dikirim oleh atasan kalian, baiknya kita juga jangan berasumsi atau memutuskan “Ah paling buat seperti ini” dan itu akan menjadi fatal buat diri sendiri.

Tidak Semua orang bisa bekerja WFH/WFA

Photo by Tim Gouw on Unsplash

Semenjak Covid, Work From Home atau Work From Anywhere menjadi primadona dan di damba-dambakan oleh banyak pekerja, dengan harapan kita bisa bekerja flexible, ada waktu untuk melakukan aktvitas lain dan dekat dengan keluarga.

Namun kalau saya lihat dan amati lingkuangan sekitar saya selama beberapa tahun ini dari sebelum covid dan saya sudah masuk ke kantor, ternyata tidak semua orang bisa kerja WFH/WFA. Tapi anehnya banyak sekali orang yang memaksakan diri mereka untuk kerja WFH/WFA.

Sebetulnya tidak salah mendambakan untuk bisa kerja WFH/WFA, namun kita lihat kemampuan kita sendiri apakah sudah cukup atau memenuhi syarat untuk bekerja WFH belum?

Bagi saya sendiri syarat-syarat untuk WFH seperti ini :

  • Bisa berkomunikasi dengan baik, entah itu via chat, telepon, meeting ataupun converence, tentunya kita bertemu dengan orang yang berbeda ketika mengerjakan project jadi jika kita tidak bisa berkomunikasi pasti akan sulit.
  • Bisa fokus dan disiplin selama beberapa jam, ketika WFA kita bisa mengerjakan pekerjaan dimana saja, namun apakah kita bisa menjamin bisa fokus kerja selama beberapa jam? belum tentu bukan? Kalau kalian bisa fokus 5 jam lah kalian saya akui bisa buat WFA.
  • Punya fasilitas internet yang kencang, ketika WFH atau WFA jelas sekali butuh Internet kencang jangan sampai kejadia kita meeting penting lalu tiba-tiba putus atau suara dari rekan putus-putus, bagi saya Internet kencang itu investasi untuk WFH.

Welp itu adalah pendapat pribadi saya, jika memang ada yg mau menambah atau kurang silahkan saja berkomentar dibawah hehehehe.

Jangan sampai kemampuan/skills kalian kurang sehingga kalian kena tegur karena tidak paham task pekerjaan, miss komunikasi, delivery kerjaan ga tepat waktu, sehingga kalian diwajibkan untuk masuk dan izin WFH kalian di cabut.

Intinya selama kalian disiplin dan bisa tepat waktu harusnya kalian aman.

Buat kalian yang Fresh Graduate atau baru masuk kerja biasakan kenali lingkungannya bagaimana, culture disana, timnya bagaimana, dan pelajari projectnya setidaknya sebelum kalian bisa memutuskan untuk bisa WFH/WFA

Bagaimana dengan saya sendiri ketika saya disuruh memilih WFH/WFA atau WFO? Karena kondisi kantor dan lingkungan saya jelas saya memilih WFO, karena saya merasa lebih fokus kerja di tempat kerja dan ketika koordinasi dengan tim atau rekan-rekan kerja lebih baik ketika WFO.

Well itu saja cerita saya selama saya Work From Home or Anywhere, ada banyak pengalaman yang saya dapat ketika transisi dari Work from Office ke Work from Home or Anywhere tentu saja itu semua pengalaman pribadi tentu saya share ini semata-mata ingin membagi pengalaman. Terima kasih buat kalian yang sudah membaca 🙏

--

--